Sabtu, 10 November 2012

ESCHATOLOGI KITAB ROMA

ESCHATOLOGY
PADA KITAB ROMA
I.                   PENDAHULUAN
Jika berkata tentang eschatology berarti kita berkata tentang kedatangan Kristus yang kedua kali/ perkataan tentang akhir zaman.  Ajaran tentang akhir zaman yang tertulis pada Alkitab menunjuk pada Kristus yang ada di Sorga akan datang kembali dan mengadili semua orang. Untuk mengetahui tentang eskhatology yang tertulis dalam kitab Roma maka dengan ini penulis akan menguraikannya sebagai berikut.
II.                PENJELASAN
2. 1. Pengertian Eskhatology
      Eskhatology dalam bahasa Yunani ialah eskhatos artinya ajaran tentang akhir zaman. Eskhatology dalam Alitab berarti ajaran tentang akhir zaman. Kristus yang telah di Sorga akan datang kembali dan akan mengadili segala orang. Jadi semua orang akan dibangkitkan dari kematian.[1] Pada pengadilan inilah siapa sebenarnya yang mendapat kebahagiaan kekal dan hukuman kekal.  Eskhatologi ini tidak hanya mempedulikan nasib orang secara pribadi tapi juga mencakup sejarah manusia, cakupan sejarah manusia itu ialah Kristus Anak Allah datang kedua kalinya.
2. 2. Pemahaman Eskhatology Menurut Kitab Roma
Pada Kitab Roma perkataan tentang Eskhatology juga dapat kita jumpa, perkataan tersebut menyatakan bahwa Kristus Anak Allah yang telah naik ke Sorga akan datang  kembali kedunia untuk memberikan suatu pengadilan bagi orang yang benar dan tidak benar di hadapan-Nya.[2]  Kedatangan Yesus  yang kali pertama itu sangat berbeda dengan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Peristiwa Inkarnasi Yesus menjadi manusia telah menunjukkan ciri akhir zaman walaupun dalam bentuk yang belum pernah diharapkan, seperti  zaman akhir sudah disini sekarang, yaitu hari-hari yang akan melihat berdirinya Kerajaan Allah, janji tentang pencurahan Roh Kudus yang akan terjadi pada akhir zaman sekarang sudah terjadi (Kis. 2: 16-17). Tetapi kerajaan yang akan datang itu merupakan kerajaan yang menerima hidup  kekal, berarti kedatangan Yesus yang kedua kali bukanlah membawa berkat-berkat yang sama sekali baru, melainkan apa yang telah Yesus kerjakan dengan kematian dan kebangkitan-Ny itu akan digenapi seutuhnya saat kedatangan-Nya dalam kemuliaan.[3] )  Dalam Perjanjian Baru ada beberapa ungkapan yang menyatakan tentang Eskhatology; yaitu Hari Tuhan, Hari Tuhan Yesus, Hari Tuhan kita Yesus Kristus, Hari Kristus Yesus, Hari Kristus, Hari Allah, Hari itu atau hari terakhir, akhir zaman. Paulus memakai eskhatology dengan istilah hari itu sudah dekat (Roma 13: 11-14) berarti Kerajaan itu sudah mendampakkan keadaan sekarang (Lih. Kol. 1: 13).[4]
Ada beberapa peristiwa yang mendahului masa kedatangan Yesus yang kedua kali yakni: oleh karena mereka (umat Israel) mengalami suatu kuasa yang mengubah, dan berdasarkan itu mereka tidak lagi dalam kuasa dunia ini (Roma 12: 2), maka semakin banyaklah  jumlah bangsa-bangsa lain yang masuk menjadi umat Israel, yang merupakan penentu keselamatan umat itu (11: 25 ff),  mereka hidup dalam pengharapan yang mantap akan penggenapan yang sempurna (5: 2; 8: 18), ini merupakan suatu kesempurnaan umat/ bangsa Israel berpaling kepada Allah. Oleh karena mereka berada dalam dunia maka mereka terbuka terhadap penganiayaan (Roma 12: 12). Menurut Paulus dalam kitab Roma ini bahwa Kerajaan Allah itu bukan sekedar persoalan makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14: 7). 
2. 2. 1. Kebangkitan dan Keadaan Orang Mati Pada Eskhatology.
Pada kedatangan Yesus nantinya akan terjadi kebangkitan orang-orang yang mati dalam Kristus.[5]  Orang-orang percaya itu akan mendapatkan bagian dalam hidup Yesus yang sudah bangkit itu (6: 4). Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu (8:11)[6]. Tubuh manusia yang mati itu  dihidupkan dan dibangkitkan dalam dunia  yang kekal, berarti bebas dari maut dan kematian (Roma 2: 7). Paulus mengatakan bahwa pada saat kematian mereka tidak dipisahkan dari Kristus. Kematian tidak berkuasa untuk melakukan pemisahan (8: 38-39). Paulus memberi pandangan yang optimis terhadap kematian jasmani, melalui Jesus Kristus kematian telah kehilangan sengatnya (bnd. 5: 12 ff). Kematian bukan lagi musuh yang perlu ditakuti melainkan perubahan menuju kehidupan yang lebih penuh.  Ada beberapa pandangan Paulus tentang keadaan orang-orang percaya antara saat kematian mereka dan saat kedatangan Tuhan[7]:  1. Orang-orang percaya itu sedang menunggu kebangkitan sebagi roh-roh yanng tidak mempunyai tubuh, dan pada saat itulah mereka menerima tubuh yang mulia dan kekal.  2. Orang-orang percaya dalam keadaan sementara mempunyai tubuh sementara yang akan digantikan oleh tubuh yang mulia pada saat kedatangan Tuhan.  3. Kebangkitan orang-orang percaya terjadi pada saat kematian mereka, tetapi kebangkitan orang-orang yang tidak percaya terjadi hanya pada saat kedatangan Tuhan.  4. Semua orang yang mati tidak  sadar  sampai saat kebangkitan, dan pada saat itu mereka akan dibangkitkan dan menerima tubuh yang mulia.   Dialah Allah yang hidup, maka Ia takkan meninggalkan umat-Nya dalam kuasa dunia orang mati, melainkan membawa merka ke hadirat-Nya supaya mereka dapat menikmati  hidup disitu.[8]
2. 2. 2.  Penghakiman Pada Eskhatology
Dalam eskhatology bahwa penghakiman merupakan aspek utama, dengan penghakiman eskhatlogy itu sempurna adanya. Allah yang disebut sebagai hakim (Ibr. 12: 23) bertindak untuk menghakimi/mengadili secara adil, Dialah Allah yang adil (Kej. 18: 25; Roma 3: 3 – 4). Semua manusia akan menghadap ke Takhta pengadilan Allah (Roma 14: 10). Penghakiman terakhir ini didasarkan pada perbuatan dan iman kepada Kristus. Hukum akan dijatuhkan bagi manusia sesuai dengan perbuatannya. Perbuatan buruk manusia selama hidupnya akan mengakibatkan penghakiman bagi dirinya sendiri (bnd. Roma 1: 17-18). Dan bagi orang yang senantiasa tidak mau bertobat akan dihukum oleh Allah (Roma 2: 5). Hukuman Allah terjadi pada manusia secara pribadi karena dia menolak kebenaran Tuhan dan menyerahkan hidupnya pada keinginan-keinginan kelaliman. Allah  akan membalas setiap perbuatan manusia itu, mereka yang berbuat baik dan taat akan kebenaran akan diberikan hidup kekal,  dan kepada mereka yang tidak taat akan mendapat murka/ hukuman Allah (2: 6-8).
Allah juga akan memberikan penghakiman bagi orang yang berdosa tanpa Taurat Musa akan dibinasakan tanpa taurat  dan orang yang berdosa di bawah hukum taurat akan dihakimi oleh hukum taurat (Roma 2: 12).[9] Pada hari penghakiman itu apa yang tersembunyi dalam pikiran dan hati manusia, Allah akan menghakiminya (Roma 2: 15-16).
2.2.3. Eskhatology Presentis
Eskhatology presentis yang dimaksud ialah eskhatology kekinian. Hal itu dapat terjadi pada manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Berarti Eskhatology kekinian itu berkenan pada peristiwa salib Kristus tentang kematian dan kebangkitan-Nya (bnd. Roma 10: 4). Barang siapa hidup dalam Kristus adalah ciptaan baru, dimana pembaharuan total sudah mulai terwujud.
2.2.4. Eskhatology Futuris
Walaupun ada suatu perkataan ketika Yesus bangkit maka kita diikutsertakan dalam eskhatologis. Paulus tidak pernah mengatakan bahwa kita telah bersama Kristus dan bangkit bersama Kristus, melainkan kita masih menantikan kebangkitan anusia itu. Sebab kebangkitan manusia adalah pokok pengharapan yang masih dinantikan dari masa depan (bnd. 1 Tes. 4: 14). Walaupu eskaton telah berlangsung sekarang tapi itu merupakan masa transisi saja.  Menurut Paulus bahwa waktu antara presentis dan futuris sangat dekat sekali , sehingga ia mengatakan: hari sudah jauh malam telah hampir siang (Roma 13: 12 a), Tuhan sudah dekat (Filipi 4: 5). Pengharapan Paulus akan kedatangan-Nya kelak digambarkan dengan istilah maranatha (datanglah ya Tuhan). Eskahtology futuris ini digambarkan Paulus sebagai suatu kebangkitan tubuh tapi bukan tubuh yang fana melainkan kebangkitan tubuh yang baru yaitu tubuh rohaniah. Dan tubuh itu adalah menurut tubuh kemuliaan Kristus
III.   Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Paulus dalam menuliskan Esktahology pada kitab Roma ini memaparkan  bahwa eskhatology terjadi pada diri manusia itu setelah mati, pandangan  ini dipengaruhi oleh latar belakang Paulus yang berasal dari kalangan Yahudi yang berpengharapan akan suatu kehidupan baru, pengharapan ini sering disebut Apokalyptik, dan eskhatology itu telah terjadi pada manusia yang percaya akan kematian dan kebangkitan dan Kerajaan Allah yang sudah nyata didunia ini, hal ini dipengaruhi oleh pemikira Hellenis dan juga misi yang dia jalankan untuk pemberitaan kabar keselamatan yang telah Yesus perbuat. Dimana dunia/ orang yang dia injili itu adalah orang Yunani yang sudah percaya dan yang mau percaya akan kebmatian dan kebangkitan Kristus. Dalam menerima Kristus akan perjamuan dan persekutuan dengan Kristus, disitu kita telah menerima hidup baru dan memiliki persekutuan dengan-Nya.
Kepustakaan
Bayer Ulrich, Garis-garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru, BPK , Gunung Mulia, Jakarta, 2000
Dounglas, J.D, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, Yayasan Kominikasih bina Kasih/OMF, Jakarta 2003
Guthrie Donald, Teologi Perjanjian Baru 3,  BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1999
Jacob, Tom, PAULUS hidup, karya dan teologianya, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993
Soedarmo, R,  Kamus Istilah Teologi,  BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2000


[1] R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000, hlm. 25
[2] Apa yang dinubuatkan pada Perjanjian Lama tentang Kerajaan Mesianis telah digenapi oleh Allah dalam Inkarnasi Yesus yang menjadi manusia. Kerajaan-Nya itu sudah hadir dan telah Allah dirikan ditengah-tengah dunia ini dengan kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, namun itu belum merupakan penggenapan yang seutuhnya karena itu belum hari-hari terakhir Allah. Dimana pada hari-hari terakhir inilah Allah mendirikan Kerajaan-Nya yang seutuhnya (bnd. Yes. 2: 2-4; Hos. 3: 5).  Oleh sebab itu setiap orang harus memberi respon atas panggilan Allah dalam dirinya sendiri.
[3] Kedatangan Yesus yang kedua kalinya itu merupakan suatu penyataan yang menjadi pusat pengharapan Jemaat pada masa yang akan datang.
[4] Dalam kedatangan Yesus itu tampak bahwa Allah yang berdaulat bagi kehidupan manusia secara perorangan dan umum. Allah yang dipandang sebagai raja Israel (Hak. 8:22-23) menunjuk bahwa Allah yang berkuasa atas perjalanan sejarah umat tersebut (Mzm. 96: 10; 99: 1; 146:10). Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000, hlm. 13
[5] Kebangkitan Yesus merupakan  tahapan pertama dari tuaian pada akhir zaman.
[6] Berarti disini terdapat sifat tubuh sorgawi atau rohaniah, tubuh rohaniah itu adalah tubuh tidak dapat binasa, mulia dan kuat. Tubuh yang seluruhnya diberi daya hidup dan diperbarui oleh Roh Kehidupan. Roh yang ada dalam tubuh kita itu adalah merupakan suatu perantara dalam pengubahan agar keadaan tubuh yang binasa menjadi tidak binasa. Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 179.
[7] Ibid, hlm. 184-185
[8]  J.D. Dounglas, J.D, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, Jakarta: Yayasan Kominikasih bina Kasih/OMF, 2003, hlm. 288
[9] Walaupun dari zaman Musa terdapat pengenalan akan hukum taurat namun manusia itu masih tetap hidup tanpa hukum taurat, hal demikian terbukti bahwa mereka masih dapat berdalih berbuat pada kegelapan dan dosa.