ESCHATOLOGY
PADA
KITAB ROMA
I.
PENDAHULUAN
Jika berkata tentang eschatology berarti
kita berkata tentang kedatangan Kristus yang kedua kali/ perkataan tentang
akhir zaman. Ajaran tentang akhir zaman
yang tertulis pada Alkitab menunjuk pada Kristus yang ada di Sorga akan datang
kembali dan mengadili semua orang. Untuk mengetahui tentang eskhatology yang
tertulis dalam kitab Roma maka dengan ini penulis akan menguraikannya sebagai
berikut.
II.
PENJELASAN
2.
1. Pengertian Eskhatology
Eskhatology dalam bahasa Yunani ialah
eskhatos artinya ajaran tentang akhir zaman. Eskhatology dalam Alitab
berarti ajaran tentang akhir zaman. Kristus yang telah di Sorga akan datang
kembali dan akan mengadili segala orang. Jadi semua orang akan dibangkitkan
dari kematian.[1] Pada
pengadilan inilah siapa sebenarnya yang mendapat kebahagiaan kekal dan hukuman
kekal. Eskhatologi ini tidak hanya
mempedulikan nasib orang secara pribadi tapi juga mencakup sejarah manusia,
cakupan sejarah manusia itu ialah Kristus Anak Allah datang kedua kalinya.
2.
2. Pemahaman Eskhatology Menurut Kitab Roma
Pada Kitab Roma perkataan tentang
Eskhatology juga dapat kita jumpa, perkataan tersebut menyatakan bahwa Kristus
Anak Allah yang telah naik ke Sorga akan datang
kembali kedunia untuk memberikan suatu pengadilan bagi orang yang benar
dan tidak benar di hadapan-Nya.[2] Kedatangan Yesus yang kali pertama itu sangat berbeda dengan
kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Peristiwa Inkarnasi Yesus menjadi
manusia telah menunjukkan ciri akhir zaman walaupun dalam bentuk yang belum
pernah diharapkan, seperti zaman akhir
sudah disini sekarang, yaitu hari-hari yang akan melihat berdirinya Kerajaan
Allah, janji tentang pencurahan Roh Kudus yang akan terjadi pada akhir zaman sekarang
sudah terjadi (Kis. 2: 16-17). Tetapi kerajaan yang akan datang itu merupakan
kerajaan yang menerima hidup kekal,
berarti kedatangan Yesus yang kedua kali bukanlah membawa berkat-berkat yang
sama sekali baru, melainkan apa yang telah Yesus kerjakan dengan kematian dan
kebangkitan-Ny itu akan digenapi seutuhnya saat kedatangan-Nya dalam kemuliaan.[3]
) Dalam Perjanjian Baru ada beberapa
ungkapan yang menyatakan tentang Eskhatology; yaitu Hari Tuhan,
Hari Tuhan Yesus, Hari Tuhan kita Yesus Kristus, Hari Kristus Yesus, Hari
Kristus, Hari Allah, Hari itu atau hari terakhir, akhir zaman. Paulus
memakai eskhatology dengan istilah hari itu sudah dekat (Roma
13: 11-14) berarti Kerajaan itu sudah mendampakkan keadaan sekarang (Lih. Kol.
1: 13).[4]
Ada beberapa peristiwa yang mendahului
masa kedatangan Yesus yang kedua kali yakni: oleh karena mereka (umat Israel)
mengalami suatu kuasa yang mengubah, dan berdasarkan itu mereka tidak lagi
dalam kuasa dunia ini (Roma 12: 2), maka semakin banyaklah jumlah bangsa-bangsa lain yang masuk menjadi
umat Israel, yang merupakan penentu keselamatan umat itu (11: 25 ff), mereka hidup dalam pengharapan yang mantap
akan penggenapan yang sempurna (5: 2; 8: 18), ini merupakan suatu kesempurnaan
umat/ bangsa Israel berpaling kepada Allah. Oleh karena mereka berada dalam
dunia maka mereka terbuka terhadap penganiayaan (Roma 12: 12). Menurut Paulus
dalam kitab Roma ini bahwa Kerajaan Allah itu bukan sekedar persoalan makanan
dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus
(Roma 14: 7).
2. 2.
1. Kebangkitan dan Keadaan Orang Mati Pada Eskhatology.
Pada kedatangan Yesus nantinya akan
terjadi kebangkitan orang-orang yang mati dalam Kristus.[5] Orang-orang percaya itu akan mendapatkan
bagian dalam hidup Yesus yang sudah bangkit itu (6: 4). Ia yang telah
membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga
tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu (8:11)[6].
Tubuh manusia yang mati itu dihidupkan
dan dibangkitkan dalam dunia yang kekal,
berarti bebas dari maut dan kematian (Roma 2: 7). Paulus mengatakan bahwa pada
saat kematian mereka tidak dipisahkan dari Kristus. Kematian tidak berkuasa
untuk melakukan pemisahan (8: 38-39). Paulus memberi pandangan yang optimis
terhadap kematian jasmani, melalui Jesus Kristus kematian telah kehilangan
sengatnya (bnd. 5: 12 ff). Kematian bukan lagi musuh yang perlu ditakuti
melainkan perubahan menuju kehidupan yang lebih penuh. Ada beberapa pandangan Paulus tentang keadaan
orang-orang percaya antara saat kematian mereka dan saat kedatangan Tuhan[7]: 1. Orang-orang percaya itu
sedang menunggu kebangkitan sebagi roh-roh yanng tidak mempunyai tubuh, dan
pada saat itulah mereka menerima tubuh yang mulia dan kekal. 2. Orang-orang percaya dalam keadaan
sementara mempunyai tubuh sementara yang akan digantikan oleh tubuh yang mulia
pada saat kedatangan Tuhan. 3.
Kebangkitan orang-orang percaya terjadi pada saat kematian mereka, tetapi
kebangkitan orang-orang yang tidak percaya terjadi hanya pada saat kedatangan
Tuhan. 4. Semua orang yang
mati tidak sadar sampai saat kebangkitan, dan pada saat itu
mereka akan dibangkitkan dan menerima tubuh yang mulia. Dialah Allah yang hidup, maka Ia takkan
meninggalkan umat-Nya dalam kuasa dunia orang mati, melainkan membawa merka ke
hadirat-Nya supaya mereka dapat menikmati
hidup disitu.[8]
2.
2. 2. Penghakiman Pada Eskhatology
Dalam
eskhatology bahwa penghakiman merupakan aspek utama, dengan penghakiman
eskhatlogy itu sempurna adanya. Allah yang disebut sebagai hakim (Ibr. 12: 23)
bertindak untuk menghakimi/mengadili secara adil, Dialah Allah yang adil (Kej.
18: 25; Roma 3: 3 – 4). Semua manusia akan menghadap ke Takhta pengadilan Allah
(Roma 14: 10). Penghakiman terakhir ini didasarkan pada perbuatan dan
iman kepada Kristus. Hukum akan dijatuhkan bagi manusia sesuai dengan
perbuatannya. Perbuatan buruk manusia selama hidupnya akan mengakibatkan
penghakiman bagi dirinya sendiri (bnd. Roma 1: 17-18). Dan bagi orang yang
senantiasa tidak mau bertobat akan dihukum oleh Allah (Roma 2: 5). Hukuman
Allah terjadi pada manusia secara pribadi karena dia menolak kebenaran Tuhan
dan menyerahkan hidupnya pada keinginan-keinginan kelaliman. Allah akan membalas setiap perbuatan manusia itu,
mereka yang berbuat baik dan taat akan kebenaran akan diberikan hidup
kekal, dan kepada mereka yang tidak taat
akan mendapat murka/ hukuman Allah (2: 6-8).
Allah
juga akan memberikan penghakiman bagi orang yang berdosa tanpa Taurat Musa akan
dibinasakan tanpa taurat dan orang yang
berdosa di bawah hukum taurat akan dihakimi oleh hukum taurat (Roma 2: 12).[9]
Pada hari penghakiman itu apa yang tersembunyi dalam pikiran dan hati manusia,
Allah akan menghakiminya (Roma 2: 15-16).
2.2.3.
Eskhatology Presentis
Eskhatology
presentis yang dimaksud ialah eskhatology kekinian. Hal itu dapat terjadi pada
manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Berarti Eskhatology kekinian itu
berkenan pada peristiwa salib Kristus tentang kematian dan kebangkitan-Nya
(bnd. Roma 10: 4). Barang siapa hidup dalam Kristus adalah ciptaan baru, dimana
pembaharuan total sudah mulai terwujud.
2.2.4.
Eskhatology Futuris
Walaupun ada suatu
perkataan ketika Yesus bangkit maka kita diikutsertakan dalam eskhatologis.
Paulus tidak pernah mengatakan bahwa kita telah bersama Kristus dan bangkit
bersama Kristus, melainkan kita masih menantikan kebangkitan anusia itu. Sebab
kebangkitan manusia adalah pokok pengharapan yang masih dinantikan dari masa
depan (bnd. 1 Tes. 4: 14). Walaupu eskaton telah berlangsung sekarang tapi itu
merupakan masa transisi saja. Menurut
Paulus bahwa waktu antara presentis dan futuris sangat dekat sekali , sehingga
ia mengatakan: hari sudah jauh malam telah hampir siang (Roma 13: 12 a), Tuhan
sudah dekat (Filipi 4: 5). Pengharapan Paulus akan kedatangan-Nya kelak
digambarkan dengan istilah maranatha (datanglah ya Tuhan). Eskahtology futuris
ini digambarkan Paulus sebagai suatu kebangkitan tubuh tapi bukan tubuh yang
fana melainkan kebangkitan tubuh yang baru yaitu tubuh rohaniah. Dan tubuh itu
adalah menurut tubuh kemuliaan Kristus
III.
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Paulus dalam menuliskan Esktahology
pada kitab Roma ini memaparkan bahwa
eskhatology terjadi pada diri manusia itu setelah mati, pandangan ini dipengaruhi oleh latar belakang Paulus
yang berasal dari kalangan Yahudi yang berpengharapan akan suatu kehidupan
baru, pengharapan ini sering disebut Apokalyptik, dan eskhatology itu telah
terjadi pada manusia yang percaya akan kematian dan kebangkitan dan Kerajaan
Allah yang sudah nyata didunia ini, hal ini dipengaruhi oleh pemikira Hellenis
dan juga misi yang dia jalankan untuk pemberitaan kabar keselamatan yang telah
Yesus perbuat. Dimana dunia/ orang yang dia injili itu adalah orang Yunani yang
sudah percaya dan yang mau percaya akan kebmatian dan kebangkitan Kristus.
Dalam menerima Kristus akan perjamuan dan persekutuan dengan Kristus, disitu
kita telah menerima hidup baru dan memiliki persekutuan dengan-Nya.
Kepustakaan
Bayer
Ulrich, Garis-garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru, BPK , Gunung
Mulia, Jakarta, 2000
Dounglas,
J.D, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, Yayasan Kominikasih bina
Kasih/OMF, Jakarta 2003
Guthrie
Donald, Teologi Perjanjian Baru 3,
BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1999
Jacob,
Tom, PAULUS hidup, karya dan teologianya, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993
Soedarmo,
R, Kamus Istilah Teologi, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2000
[1]
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000,
hlm. 25
[2]
Apa yang dinubuatkan pada Perjanjian Lama tentang Kerajaan Mesianis telah
digenapi oleh Allah dalam Inkarnasi Yesus yang menjadi manusia. Kerajaan-Nya
itu sudah hadir dan telah Allah dirikan ditengah-tengah dunia ini dengan
kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, namun itu belum merupakan
penggenapan yang seutuhnya karena itu belum hari-hari terakhir Allah. Dimana
pada hari-hari terakhir inilah Allah mendirikan Kerajaan-Nya yang seutuhnya
(bnd. Yes. 2: 2-4; Hos. 3: 5). Oleh
sebab itu setiap orang harus memberi respon atas panggilan Allah dalam dirinya
sendiri.
[3]
Kedatangan Yesus yang kedua kalinya itu merupakan suatu penyataan yang menjadi
pusat pengharapan Jemaat pada masa yang akan datang.
[4]
Dalam kedatangan Yesus itu tampak bahwa Allah yang berdaulat bagi kehidupan manusia
secara perorangan dan umum. Allah yang dipandang sebagai raja Israel (Hak.
8:22-23) menunjuk bahwa Allah yang berkuasa atas perjalanan sejarah umat
tersebut (Mzm. 96: 10; 99: 1; 146:10). Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000, hlm. 13
[5]
Kebangkitan Yesus merupakan tahapan
pertama dari tuaian pada akhir zaman.
[6]
Berarti disini terdapat sifat tubuh sorgawi atau rohaniah, tubuh rohaniah itu
adalah tubuh tidak dapat binasa, mulia dan kuat. Tubuh yang seluruhnya diberi
daya hidup dan diperbarui oleh Roh Kehidupan. Roh yang ada dalam tubuh kita itu
adalah merupakan suatu perantara dalam pengubahan agar keadaan tubuh yang
binasa menjadi tidak binasa. Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 179.
[7]
Ibid, hlm. 184-185
[8] J.D. Dounglas,
J.D, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, Jakarta: Yayasan Kominikasih
bina Kasih/OMF, 2003, hlm. 288
[9]
Walaupun dari zaman Musa terdapat pengenalan akan hukum taurat namun manusia
itu masih tetap hidup tanpa hukum taurat, hal demikian terbukti bahwa mereka
masih dapat berdalih berbuat pada kegelapan dan dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar